NU Global Action Lawan Corona

Ilustrasi

PWNUBALI.OR.ID |

Oleh: Nurbani Yusuf

Hari Kamis (9/4) Seluruh NU di dunia berdoa bersama dalam satu pikiran dan gerakan. Ini yang tak dimiliki ormas lain. NU punya sesuatu. Saya sebut ‘ajimat’ atau sesuatu yang bisa membuat orang bergerak bersama, berpikir bersama dan bertindak bersama dalam satu komando.

NU sedang menunjukkan mobilitas dan soliditas dalam spektrum kekuatan kultural yang melibatkan massa. Mungkin ini pula yang disebut oleh McLeland tentang tiga ciri modernitas. Social mobilization, culture ekspansion, dan growth evonomics oriented. Dan NU tak perlu ambil semua untuk disebut modern.

Siapapun boleh bangga dengan jumlah sekolah, universitas, pesantren atau usaha lain. Tapi mungkin bisa saja menjadi tak penting jika adanya telah hilang haluan dan kering dari spirit gerakan. Kebanggaan sesungguhnya bukan pada banyaknya jumlah amal usaha: tapi ‘pikiran yang menggerakkan’ itulah yang utama.

Michael Heart menulis bahwa Kesuksesan Nabi saw tak diukur dari berapa jumlah masjid telah dibangun, apalagi pesantren atau universitas. Tapi manusia yang berubah, gerakan yang menginspirasi, serta manusia yang tunduk dan patuh. Inilah kekuatan dahsyat itu.

Para ulama NU selalu pintar ambil hikmah. Wabah korona yang menyedihkan diubah menjadi kekuatan dahsyat yang menyatukan.  Ini ide cerdas khas gaya wali Songo.

Sebab NU tak bisa dipisahkan dari basis massa yang terus bergerak dinamis. Kekuatan NU adalah pada kemampuan menggerakkan massa menjadi sebuah kekuatan yang menggerakkan.

Maka tidak penting bertanya apakah yang dilakukan NU ini ada dalil apa tidak, dicontohkan Nabi apa tidak, apalagi bertanya apakah doanya diterima atau dikabulkan. Sebuah deret pertanyaan klise karena kurang ngopi.

Sumber: MalangTimes.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.