Terinspirasi Kartini, Perempuan Harus Tangguh dan Berani

pwnubali.or.id -“Ibu kita Kartini, Pendekar bangsa, Pendekar kaumnya, Untuk merdeka…”. Demikianlah potongan lagu nasional yang di buat oleh mendiang WR Supratman. Yang di beri judul “IBU KITA KARTINI”.

Raden Ajeng Kartini (R. A. Kartini). Sebagaimana yang kita mafhum, adalah seorang pejuang emansipasi perempuan pada massanya dan beliau dikenal aktif dalam menyuarakan kebebasan perempuan untuk mendapat pendidikan yang terjara kala itu.

Dari itu pada tanggal 2 Mei 1964, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Juga menetapkan tanggal 21 April menjadi Hari Kartini.

Lalu pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan Kartini masa kini? Siapa yang sudah melanjutkan perjuangan perempuan yang di kenal dengan semboyan “Habis Gelap Terbitlah Terang” tersebut.

Dari pandangan subjektif penulis. Dari sekian banyak perempuan rantau yang ber-study di Provinsi Bali, yang dapat dijadikan role model Kartini masa kini. Salah satunya adalah Kak Ita demikian panggilan akrab.

Sosok perempuan tekun dan ulet ini. Dalam kesehariannya selalu menampakkan wajah berseri -seri. Dan nyaris tak pernah menampakkan raut muka muram durja.

Penampilannya terbilang sangat sederhana, pembicaraannya lugas, cerdas, berani, terstruktur, sistematis dan kritis adalah beberapa sifat yang dimiliki oleh perempuan yang bernama lengkap Ita khuniyawati ini.

Selain itu, perempuan bertahilalat ini juga memiliki gagasan cemerlang tentang perempuan. Utamanya pada kemandirian perempuan.

Dalam pandangannya, perempuan bukan hanya sebagai pelengkap atau pelayan bagi kaum laki-laki (suami). Yang hanya berkutat pada tiga zona. Yakni, kasur, sumur dan dapur.

Baginya wilayah domestik (keluarga) bukanlah satu – satunya singgasana untuk berekspresi dan berkreasi bagi perempuan. Akan tetapi perempuan juga bisa berekspresi di luar wilayah domestik itu.

Apalagi soal kepemimpin dan pengabdian. Baginya, kepemimpin tidak pandang jenis kelamin. Melainkan terletak pada kemampuan. Misal, menelisik sejarah islam di masa silam, tak hanya Siti Aisyah tapi juga Nusaibah binti Ka’ab mereka adalah contoh perempuan bermental baja dan berjiwa ksatria yang tak gentar menyambut ajal demi kemenangan dan kejayaan Islam.

Maka bukan sesuatu yang tabu, kata perempuan kelahiran 30 Juni 1999. Saat muncul seorang Dr. (H.C.) Hj. Megawati Soekarnoputri menjadi orang nomor wahid di negri ini (Presiden Indonesia) kelima yang menjabat tampuk kepemimpinan tertinggi Negei ini sejak 23 Juli 2001 sampai 20 Oktober 2004.

Selain bu Mega, kata perempuan berdarah jawa tersebut. Sejatinya Indonesia sudah banyak di rumputi oleh perempuan – perempuan hebat. Yang mendapatkan hak untuk berekspresi, namun tidak lalai apalagi alpa pada kewajibannya sebagai perempuan (Ibu) untuk merawat keluarga dan menghargai suaminya.

Najwah Sihab. misalnya, seorang jurnalis perempuan dengan segudang pertanyaan jitu mematikan. Dari perempuan inilah argumen para politisi kaum adam kerap kali di tenggelamkan

Juga ada, Mira Lesmana yang selalu memukau dalam karya-karya per-filman-nya. Dan yang santer baru – baru ini dari dunia percaturan, ada Irene Kharisma Sukandar (lahir di Jakarta, 7 April 1992; umur 28 tahun) adalah seorang pecatur Indonesia pertama yang berhasil menyandang gelar Grand Master Internasional Wanita (GMIW) Desember 2008.

Terkait kemampuan, menurut perempuan yang sedang menempuh setudy di Universitas Udayana ini. hanya bisa di gapai dengan jalan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan bagi perempuan sangat penting. Karena ini adalah salah satu hal yang sangat menopang pada kualitas perempuan itu sendiri

Selain juga karena berpendidikan (ber-ilmu) sesuai dengan anjuran baginda Rasulullah s. a. w “mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap insan”.

“Pesan untuk pejuang mahasiswa akhir nih! Terus semangat dan pahami kapasitas diri, push diri sendiri untuk selalu bergerak. Jika kamu tidak mampu untuk berlari, maka berjalanlah, jikalau kamu merasa lelah maka beristirahatlah/ berhenti sejenak, jangan berhenti selamanya ya hehe pelan-pelan juga akan sampai to? Kalo dalam pepatah jawa itu alon-alon asal kelakon”. Ini cuplikan tulisan di blog pribadinya yang di tulis. Senin 01 Februari 2021 yang berjudul “Pesan Untuk Mahasiswa Akhir”

Tak cukup itu, untuk mengasah kemampuan dalam dunia tulis menulis, perempuan ini meniti karirnya memulai dari Lembaga Ta’lif Wan Nasyer (LTN NU) Kota Denpasar, dan kemudian mecatatkan namanya di Pengurus Wilayah Lajnah Ta’lif Wan Nasyer (PW LTN NU) Provinsi Bali.

Selain gemar menulis, perempuan lulusan SMA Negri 1 Bandar ini juga terlihat aktif sebagai aktivis pergerakan di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tepatnya di Pengurus Komisariat (PK) Universitas Udayana. Organisasi kemahasiswaan yang juga terlahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) itu.

Tetapi PMII rupanya tak cukup mampu mengobati rasa dahaganya terhadap semangat dan kegigihannya dalam memberikan aspirasi bagi kehidupan bangsa dan negara ini. Oleh karena itu, dia juga terlibat aktif dalam organisasi sosial. Seperti, Turun Tangan Provinsi Bali.

Di organisasi yang memiliki visi “Gerakan kerelawanan yang mendorong masyarakat peduli dan terlibat aktif untuk mewujudkan Indonesia yang penuh dengan pemimpin yang berkompeten dan berintegrasi” Kordinator humas adalah jabatan yang di dudukinya.

Gagasan, semangat belajar dan kiprahnya untuk penguatan perempuan semoga menjadi inspirasi bagi perempuan lainnya utamanya pada perempuan rantau dan khususnya perempuan Nahdiyin.

Penulis : SQF Alaska

Editor : Agus Ns

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.