pwnubali.or.id – Berita duka kembali menyelimuti warga Nadhliyin, kali ini datangnya dari Tebuireng yaitu Cucu Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ary, KH. Abdul Hakam, berpulang kemarin siang (9/11) waktu setempat. Beliau merupakan tokoh Ulama yang kharismatik yang hidupnya penuh dengan ksesederhanaan. Kisahnya pernah ditulis oleh Dian Bagus yang di muat dalam tebuireng.online sebagaimana berikut:
Oleh : Dian Bagus
Sebelumnya saya tidak pernah berpikiran untuk menulis tentang KH. Abdul Hakam Kholiq. Banyak sekali yang belum saya ketahui tentang beliau, sehingga saya mencari informasi langsung dari salah satu santri yang cukup lama menetap di ndalem Kasepuhan beliau, berbagai hal tentang kegiatan keseharian beliau selalu bersama para santrinya. Menurut salah satu santrinya, Gus Hakam akrab dipanggil Ayah (Gus Hakam). Beliau adalah anak tunggal dari KH. Abdul Kholiq Hasyim pangasuh ke-4 Pesantren Tebuireng yang merupakan cucu Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asya’ri (pendiri Nahdlatul Ulama dan Pesantren Tebuireng).
Dulu Gus Hakam pernah mondok di Pondok Lekok (Roudlotul Mustofa) Pasuruan, sekitar tahun 1965-an didampingi langsung oleh ayahandanya menghadap almarhum Kiai Mustofa. Setiba di Pondok Lekok tersebut, Kiai Mustofa dan Kiai Kholiq sepakat kalau Gus Hakam mondok di Lekok itu minimal lima bulan.
Sekarang beliau menjadi pengasuh serta pendiri Pondok Pesantren Darul Hakam, pada awalnya Pondok Pesantren Darul Hakam hanyalah asrama/komplek tempat menampung para santri yang belum diterima di pondok sekitar karena belum memenuhi syarat-syarat tertentu, maka pada tanggal 19 Februari 1991, beliau berinisiatif untuk mendirikan wisma tersebut. Ketika pada tanggal 29 Mei 2006 sesuai dengan hasil musyawarah keluarga yang sebelumnya asrama berubah nama menjadi Pondok Pesantren Darul Hakam yang kian lama kian berkembang.
Beliau adalah sosok kiai yang sederhana. Baik dalam berpakaian atau kesehariannya. Dalam keseharianya beliau lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kediamannya. Karena beliau, bukan kiai dari panggung ke panggung atau kota ke kota. Beliau juga bukan kiai yang sibuk menerima banyaknya tamu. Hanya ada sebagian tamu yang datang untuk bersilahturahim, itupun di waktu tertentu. Dan beliau tentunya bukan kiai yang sibuk mencari popularitas atau kedudukan duniawi semata.
Sampai saat ini, Gus Hakam setia menjaga keistikamahannya. Salah satunya berziarah dan menabur bunga di makam para Masyaikh Pesantren Tebuireng setelah shalat Jum’at dengan diikuti para rombongan santrinya. “Akehno-akehno moco istighfar lan shalawat”. Ini salah satu dawuh beliau yang sering disampaikan baik kepada santri-santrinya ataupun orang-orang yang bertamu.
Gus Hakam ialah sosok yang memiliki banyak misteri. Sebab, sulit menarik sebuah kesimpulan tentang sosok Gus Hakam. Meskipun ada banyak tafsiran penilaian dari berbagai sisi oleh orang-orang yang mengenal beliau. Ada sebagian orang mengenal beliau sebagai Ahli Hikmah atau Ilmu Kanuragan. Karena pada masa mudanya beliau terkenal dengan kanuragannya atau ilmu bela diri. Sebagian orang mengenal beliau sebagai Ahli Hikam atau Ilmu Tasawuf. Karena melihat kehidupan beliau yang tidak terlalu bergantung pada duniawi. Dan masih banyak tafsiran penilaian lainnya tentang beliau.
Pada hakikatnya, setiap alim ulama dan kiai memiliki peran dan kedudukannya masing-masing. Ada istilah kiai tutur, yang tugasnya berdakwah dari panggung ke panggung. Ada kiai catur, yang tugasnya mengurus tentang dunia politik, organisasi atau kelembagaan. Ada kiai Sembur, yang tugasnya mengobati penyakit dan tentang ilmu perdukunan. Terakhir ada kiai Luhur, yang tugasnya bukan lagi tentang persoalan atau urusan duniawi.
Lalu, apa peran dan kedudukan Gus Hakam sebagai seorang kiai? Allahua’lam.
Namun bagi santrinya, beliau ialah sosok yang luar biasa dan istimewa. Tidak cukup didefinisikan hanya sebatas kata-kata atau kalimat semata. Beliau kiai, guru, serta orang tua yang selalu setia mendoakan, menuntun, dan membimbing baik secara jasmani dan rohani. Beliau mengajarkan Tentang Manusia dan Kemanusiaan, Tentang Hidup dan Kehidupan, Tentang Agama dan Beragama, dan Tentang Tuhan dan Ketuhanan.