PWNUBALI.OR.ID | DENPASAR, Selasa (15/10), Pimpinan Anak Cabang (PAC) Muslimat NU Denpasar Utara menggelar acara “Pendalaman ke-NU-an” di sekretariat PC NU Kota Denpasar, Jl. A Yani Kota Denpasar.
Setelah dibuka dengan pembacaan ayat al-Qur’an dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Syubanul Wathon, dan Mars Muslimat NU. Acara langsung dilanjutkan dengan pemaparan materi ke-NU-an oleh H. Pujianto Ketua PC NU kota Denpasar. Ia membukanya dengan hubungan NU dan Negara.
“Ulama turut berperan dalam kemerdekaan Indonesia. Mengingat KH Hasyim Asyhari pernah memberikan titah bahwa melawan para penjajah hukumnya fardhu ‘ain.” ujar H. Puji
Menurutnya NU di Indonesia turut mewujudkan Islam sebagai agama rahmatan lil alamin. Indonesia dengan keberagaman suku, budaya dan agama memberikan tempat untuk setiap warganya bebas dalam beribadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Di situ NU memberikan sikap toleransi dan moderat guna keadaan masyarakat yang rukun dan damai.
Lebih lanjut H. Pujianto mengatakan bahwa dalam menjaga keharmonisan di Indonesia, terdapat beberapa hal yang harus dihindari, yaitu:
Pertama, menghindari adanya kekerasan. Saat ini banyak praktek kekerasan yang mengesampingkan musyawarah dan mufakat. Kedua, menghindari gerakan/ kelompok radikalisme, ekstrimisme dan terorisme. Gerakan tersebut cenderung menganggap kelompoknyalah yang paling benar dan menyalahkan serta menjudge kelompok lain salah. Dan ketiga, tidak membuat atau menyebarkan ujaran kebencian baik secara langsung maupun melalui media sosial.
Pertemuan yang telah berjalan kedua kalinya ini dilakukan sekali dalam sebulan di Kantor Sekretariat bersama PCNU Kota Denpasar dengan dihadiri 30 pengurus dan anggota PAC Muslimat NU Denpasar Utara. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menguatkan pemahaman tentang ke-NU-an di kalangan ibu-ibu anggota Muslimat NU, khususnya di wilayah Denpasar, demi membentengi keluarga NU dari faham-faham yang tidak sesuai dengan konsep Aswaja an Nahdliyah.
“Jika ibu-ibu mengetahui dalam sebuah majelis pengajian yang dihadiri ada ustadz yang membentur-benturkan antara agama dan bangsa, maka sebaiknya mundur pelan-pelan dan tinggalkan,” pungkas H. Pujianto.
Reporter: Imriatun Muhlisoh
Foto/Editor: Dadie W. Prasetyoadi