Ikuti Perubahan Zaman, Persiapan Matang Harus Dilakukan NU Dalam Bidang Dakwah Kekinian

PWNUBALI.OR,ID | Indonesia kini adalah termasuk dalam lima besar jumlah pengguna internet terbanyak. Setidaknya ada 143,260,000 orang yang setia berselancar, ini menunjukkan peningkatan 7,063% dari tahun-tahun sebelumnya. Demikian menurut data dari Internet World Stats.

H Agus Zainal Arifin memandang ini sebenarnya menyiratkan tantangan tersendiri. “Toh setiap masa, hidup justru akan kian sulit,” jelasnya, Sabtu (27/4).

Hal ini disebabkan, “Tidak lain lantaran manusia sendiri terlambat menghadapi perubahan,” ungkap Dekan Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi (FTIK) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini.

Seraya mengiyakan, pandangan serupa disampaikan Ustadz Muntaha. Bahwa hingga kini masyarakat sangat bergantung kepada gawai atau gadget, yang ujung-ujungnya cukup memprihatinkan.

Kondisi ini terjadi karena pada kenyataannya, para penikmat telepon pintar dimanjakan. “Semua disiapkan prasmanan dalam artian praktis, murah dan instan,” paparnya di hadapan peserta Forum Silaturahim Nasional (Forsilatnas) Persaudaraan Profesional Muslim (PPM) Aswaja.

Kemudahan mengakses internet tersebut juga berdampak bagi masyarakat khususnya kaum Muslimin juga mudah terpapar Islam simbolis dan kesalehan lahiriah. “Semua kesalehan diukur dengan tampilan fisik yang kadang menipu,” jelas Sekretaris Pengurus Wilayah Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama Jawa Timur ini.

Realitas yang tidak menggembirakan ini turut pula dialami para publik figur terutama yang mengisi ruang dakwah di media. “Sejumlah dai yang digandrungi umat, nyatanya tidak diimbangi dengan pengetahuan dan pemahaman agama yang mumpuni,” kata Fauzi Priambodo.

Secara khusus, spesialis branding ini mengemukakan bahwa apa yang dilakukan sejumlah kalangan itu telah didesain sejak lama. “Mereka menyiapkan ustadz, konten dan sejenisnya dengan sangat rapi,” ulas Fauzi,

Kekuatan jamaah dalam ikut mengisi ruang publik yang saat ini dikuasai kalangan garis keras itu adalah salah satu upaya untuk membendungnya, “Hal itu juga dapat menopang jamiyah dalam hal ini Nahdlatul Ulama,” kata Ustadz Muntaha.

Alumnus Pesantren Lirboyo tersebut juga menyarankan agar kembali kepada metode dakwah para pendahulu atau salafussalih. “Para wali khususnya Walisongo memiliki prinsip dakwah husnul mauidhah, al-hikmah fid dakwah, husnul khuluq maannas, mujadalatihim iyyahum bilhusna,” urainya.

Menanggapi hal ini, Fauzi turut mengajak warga NU untuk serius dalam menyiapkan dakwah. “Kita kemas produk atau mubbalighnya, disiapkan kontennya, juga ditentukan segmentasi audiens atau jamaahnya,” terangnya.

Saat ini jelang satu abad usia NU, untuk itu H Agus Zainal Arifin mengingatkan agar perlunya menyiapkan warga NU dalam memasuki era ini.

“Kita harus menyiapkan masa depan sekaligus prospek dakwah di masyarakat,” tandasnya.

Ketiga narasumber tersebut tampil pada sesi kedua yang berakhir menjelang waktu magrib. Narasumber lain yang tampil sebelum dan sesudahnya antara lain KH Lukmanul Hakim, Hakim Jayli, Edi Kurniawan, Ubaidillah Sadewo, Choirul Anwar, juga Arif Afandi.

Forsilatnas VIII PPM Aswaja sendiri berlangsung selama dua hari. Yaitu Sabtu hingga Ahad (27-28/4) dan dipusatkan di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kedung Tarukan, Pacar Kembang, Surabaya, Jawa Timur. (NUOnline)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.