Tatakrama Mengagungkan Sang Nabi

ومعلوم أن تعظيم النبي صلى الله عليه وسلم مفروض على الأمة. وذكر اسمه الشريف بغير لفظ السيادة مناف للتعظيم وفيه من إسائة الأدب وقلة الحياء ما لايخفى على كل ذي نور. 

Perlu diketahui: sesungguhnya mengagungkan Nabi SAW adalah diwajibkan bagi umat (Islam). Menyebutkan namanya yang mulia tanpa menyertainya dengan kata “Siyadah” (sayyidina), berarti menafikan pengagungannya. Bahkan, termasuk bagian dari adab yang jelek dan bukti sedikitnya rasa malu, yang tidak samar bagi orang yang mempunyai -atau kuat–cahaya_batinnya.

Bacaan Lainnya

……………………….

Ungkapan di atas dikutip dari dawuh Syaikh Abdul Wahhab al-Sya’rani dalam kitabnya _al-Anwar fi Adabish Suhbah ‘indal Akhyar_ . Beliau adalah salah satu Sufi Syadzily yang banyak menulis buku-buku tasawuf. Salah satu karya monumentalnya tentang ensklopedi tokoh-tokoh tasawuf adalah Kitab _Lawakihul Anwar fi Thabaqatil Akhyar_. Beliau adalah salah satu santri Imam Suyuti dan Imam Zakariyah al-Anshori. Meninggal 973 H/1565 M.

Dawuhnya mengingatkan kita semua __lebih-lebih pada saat hari maulid ini__ bahwa mengagungkan Nabi Muhammad Saw. tidak cukup hnya ucapan, tanpa tatakrama. Anjurannya untuk menyertakan kata Syayyidina, ketika menyebut namanya bukan sebagai pengkultusan. Tapi, bentuk rasa hormat kepada beliau. 

Dalam konteks kehidupan, salah satu tatakrama kepada orang tua dan kiai atau ulama adalah berkata dengan kata-kata lembut dan tatakrama ucapan, misalnya ungkapan panjenengan dll. Karenanya, Nabi pantaslah jika memperoleh bentuk penghormatan yang lebih. Moga kita terus diberi jalan menghormati Nabi sepenuh Hati dan kelak dapat syafatnya.
##. _MaulidDay_
*Abu Muhammad Irfan Muzakky*

_Wistrop Waru Sidoarjo_

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.