Pesantren Didorong Aktif Tengahi Konflik di Masyarakat

Bandung,
Pesantren For Peace yang mempunyai misi menyebarkan perdamaian antarumat beragama dan antarormas kembali menggelar kegiatan Pendidikan HAM dan Penyelesaian Konflik di Pondok Pesantren Mahasiswa Universal (PPMU), Jalan Cipadung, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/8).

Koodinator Pesantren for Peace Idris Hemay mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan peran pesantren dalam membangun perdamaian karena menurutnya beberapa pesantren masih tidak tanggap terhadap penyelesaian konflik.

“Di Pulau Jawa ini dari hasil penelitian yang kami lakukan, bahwa ada beberapa pesantren yang masih cenderung pasif ketika ada konflik terjadi. Nah, dari sini kita mendorong pesantren lebih aktif dalam penyelesaian konflik,” ujar Idris Hemay.

Dia pun mengungkapkan, di Pulau Jawa khususnya konflik yang besar ada di Jawa Barat seperti dalam kasus Jamaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang diserang pihak ormas dan Penghancuran Gereja Pasundan di Bandung.

“Dari konflik yang terjadi tersebut, bagaimana (elemen pesantren) bisa menengahi konflik,  menyelesaikan secara damai,  di samping itu tentu secara umum Pesantren for Peace ini bertujuan untuk membangun Islam yang moderat, damai dan ramah di Indonesia,” jelasnya dalam kegiatan yang berlangsung sehari penuh atas dengan dukungan kerja sama antara Center for the Study Of Religion and Culture (CSRC) UIN Jakarta dan Konrad-Adenauer-Stiftung (KAS) dan Uni Eropa yang sebelumnya diadakan di 5 Wilayah di Pulau Jawa.

Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Universal (PPMU), Kiai Tatang Astarudin mengatakan bahwa dirinya sudah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Di pesantrennya tinggal para santri dari berbagai daerah dan berbagai macam karakter.

“Selalu saya katakan kepada istri, dan kepada mahasantri yang lain, ayo kita cari sejuta alasan untuk tetap saling menyayangi. Kalau dia marah boleh jadi dia sedang tidak punya uang, kalau telat mungkin dia sibuk di kampus,” kata Kiai Tatang.

Kiai Tatang pun meyakini bahwa keagungan universalitas Islam tidak akan luntur hanya karena memaklumi dan menyayangi mereka yang berbeda. “Maka mulai dari kita untuk menebar kebahagian, kedamaian dengan cara mencari titik-titik kesamaan,” paparnya.

Kegiatan ini dihadiri dari perwakilan 30 pesantren dan beberapa organisasi dari tingkat kampus sampai daerah. Kegiatan ini terbagi 3 sesi, bulan Agustus, November, dan Februari 2017.

Sumber : NU Online

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.