Ketika Islam Indonesia Krisis Rasa Legowo

Jika di suatu lingkungan, komunitas, organisasi, atau negara tidak ada kenyamanan dan kedamaian yang bisa dirasakan, mungkin karena orang-orang yang ada di dalamnya masih memelihara kebencian dan menwujudkan dendam kepada orang yang melakukan kesalahan. Saling menjelekkan, saling menjatuhkan, saling sikut, dan saling serang merupakan contoh konkrit dari tidak mau memaafkan.

Memaafkan atau rasa legowo; menerima permintaan maaf orang lain, memang tidak semua orang mampu melakukannya, terutama bagi hati yang kering dari rasa cinta dan ditambah dengan kebencian yang membatu.

Bacaan Lainnya

Dalam surat Ali ‘Imran dinyatakan tentang seorang muslim yang baik dan bijak adalah,

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ } [آل عمران: 134]

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.

Ayat di atas menjelaskan bagaimana seorang muslim yang baik dan seorang muslim yang berpegang teguh pada prinsip Islam. Mereka adalah orang-orang yang berkriteria mampu menahan amarahnya dan mudah memaafkan.

Dalam kitab Fathu al-Mujib al-Qarib, Sayyid Alawi bin Sayyid Abbas al-Maliki al-Hasani menjelaskan tentang orang yang menahan amarahnya dan memaafkan. Orang yang menahan amarahnya adalah orang yang menahan diri untuk tidak menunjukkan amarahnya padahal dia mampu untuk melakukan itu (ma’a al-qudrati ‘ala dzalika). Sementara orang yang memaafkan adalah orang yang meninggalkan pembalasan kepada orang yang menzhalimi dirinya (at-tarikina ‘uqubah).

Dari pemahaman Sayyid tersebut, sebenarnya maksud utama dalam memaafkan adalah menghilangkan rasa benci dan melupakan kesalahan orang lain yang telah terjadi. Kebencian yang muncul karena kesalahan orang lain, jangan sampai dipelihara dengan cara mengincar orang tersebut untuk melakukan reaksi. Melupakan kesalahan orang lain merupakan solusi ketika hidup ini terasa tidak nyaman karena kesalahan orang lain.

Salah satu sebab kenapa seseorang kadang hidupnya terasa tidak nyaman, selalu saja ada masalah yang muncul, adalah karena sulit memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan adalah kunci utama untuk menjalani hidup dengan tenang, baik, dan damai. Kenapa hidup ini kadang tak pernah damai, karena kita sendiri tidak mau damai dengan orang lain. Atau lebih tepatnya, karena tidak mau mengajak hati sendiri untuk berdamai. Sehingga, hati yang seharusnya damai, tapi tidak merasakan itu, karena dalam hati masih ada rasa benci dan dendam pada orang lain.

Begitu juga dengan kondisi Islam Indonesia saat ini, ada umat Islam yang sulit memaafkan kesalahan orang lain, sehingga mereka melakukan reaksi terhadap kesalahan orang. Bahkan membalasnya dengan caci maki, hujatan dan kata-kata yang sangat kasar. Ini semua terjadi karena hatinya sulit legowo.

Khawatir tidak mau memaafkan karena ada kepentingan atau ambisi, sehingga kesalahan orang lain dijadikan ajang untuk mewujudkan ambisinya. Sungguh celaka jika hal ini yang terjadi. Indonesia yang merupakan penduduknya mayoritas muslim, bagaimana jika tidak bisa legowo akan kesalahan orang? Setiap ada kesalahan, berbondong-bondong melakukan aksi dan mencaci maki. Islam Indonesia menjadi memiliki budaya aksi demo caci maki atas kesalahan orang, bukan mencari solusi untuk melakukan perbaikan.

Meski demi agama, tetapi didasarkan atas kebencian apalagi ada kepentingan, sungguh mustahil apa yang dilakukan menjadi solusi bagi agama, justru akan merusak agama itu sendiri.

[M. Muhammad]

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.