Hikmah Tujuh Pesan Nabi Ismail Sebelum akan Disembelih

x-default

Setibanya Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail di daerah Mina. Dengan berat hati dan belaian kasih seorang ayah, Nabi Ibrahim menyampaikan maksud membawanya ke Mina. Dalam Alquran dinyatakan,

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Bacaan Lainnya

“Anakku, tahukah kau, sungguh aku berminpi, agar aku menyembelihmu. Anakku, bagaimana pendapatmu, apakah kita akan bersabar menjalankan perintah Allah itu ataukah aku akan mohon pengampunan sebelum semua ini terjadi?”, uji Ibrahim pada Ismail. Ismail menjawab tampa ragu, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang telah diperintahkan padamu, insyaallah kita akan termasuk orang-orang yang bersabar”.

Sebelum Nabi Ibrahim menyembelih putranya, Nabi Ismail berpesan pada ayahandanya. “Ayah, 1. hadapkan wajahku kearah tanah, agar engkau tidak melihat wajahku, lalu ayah menjadi kasihan padaku, 2. singkapkan baju ayah, agar tidak ternoda darahku, maka akan menjadi berkurang pahalaku dan khawatir telihat ibu maka akan bersedih hatinya, 3. tajamkan pedangnya dan segera sembelihlah, itu akan lebih mudah bagiku, karena kematian adalah suatu yang berat, 4. bawa kembali pulang bajuku, agar ibu bisa mengenangku,

5. samapaikan pesan kan pada ibu, katakan padanya, bersabarlah dalam menjalankan perintah Allah, 6. jangan kabarkan pada ibu bagaimana ayah menyembelihku dan mengikatku, 7. jangan ada anak-anak yang dekat pada ibu, jika ada anak yang seusiaku, janganlah dilihat agar tidak terus menerus beresedih. Itulah pesanku wahai ayah”. “Baiklah putraku”, jawab nabiyullah Ibrahim.

Apa kira-kira yang menjadi hikmah dari pesan Nabi Ismail tersebut? Hikmah yang paling penting dan nampak kita rasakan adalah ketaatan Nabi Ismail sepenuh hati melaksanakan perintah Allah. Tidak ada rasa takut apalagi keengganan dirinya disembelih. Semua rasa itu larut menjadi satu kedalam pasrah. Pasrah dengan apapun yang dikorbankan demi memenuhi perintah Allah.

Sungguh, kepasrahan inilah yang harus kita jadikan modal utama melakukan apa saja. Seberat apapun usaha atau amal, tidak akan terasa ada beban jika kita pasrah. Sesulit apapun usaha atau amal, akan menjadi mudah jika kita pasrah. Bahkan sesakit apapun fisik atau hati kita, akan hilang jika kita mampu pasrah sepenuh hati.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.